Pengertian
Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 atau yang
sering disebut dengan cyber physical system merupakan revolusi yang
menitikberatkan pada otomatisasi serta kolaborasi antara teknologi saber.
Revolusi 4.0 ini sendiri muncul di abad ke-21 dengan ciri utama yang ada adalah
penggabungan antara informasi serta teknologi komunikasi ke dalam bidang
industri.
Dengan kemunculan revolusi ini,
mengubah banyak hal di berbagai sektor. Dimana yang pada awalnya membutuhkan banyak
pekerja untuk menjalankan operasionalnya, sekarang digantikan dengan penggunaan
mesin teknologi.
Menurut Kanselir Jerman yaitu Angela Merkel pada tahun 2014 yang menyatakan arti dari revolusi industri 4.0 sebagai sebuah transformasi komprehensif dari segala aspek produksi yang terjadi di dunia industri melalui penggabungan antara teknologi digital serta internet dengan industri konvensional.
Perkembangan
Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0
· Revolusi Industri 1.0
Revolusi ini dimulai pada tahun
1776 yaitu dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Mesin uap yang
ditemukan oleh James Watt itu memiliki efesiensi yang jauh lebih murah
dibandingkan mesin uap sebelum tahun 1776. Mesin uap ini menggunakan energi
dari kayu dan batu bara. Sebagai bukti efisensinya, mesin uap tersebut mampu
menggerakan kapal - kapal selama 24 jam penuh. Sejak ditemukan mesin uap
tersebut , Negara - negara Imperialis di Eropa mulai melakukan ekspansi atau
penjajahan di kerajaan - kerajaan Afrika dan Asia. Selain dampak penjajahan,
dampak yang lain mulai terjadi pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari
penggunaan mesin - mesin uap tersebut sebagai penghasil berbagai produk.
· Revolusi Industri 2.0
Revolusi Industri Kedua terjadi
pada awal abad ke-20. Revolusi industri ini ditandai dengan penemuan listrik
oleh Thomas Alfa Edison. Tenaga otot dan mesin uap sudah tergantikan oleh
tenaga listrik. Walaupun begitu, masih ada beberapa kendala yang menghambat
proses produksi di pabrik, yaitu masalah transportasi. Untuk mengatasi kendala
tersebut maka di akhir 1800-an, mulai dikenal mobil dan mulai diproduksi secara
massal. Produksi massal ini membutuhkan proses yang lama dalam penyelesaiannya
karena pada proses perakitan mobil dibutuhkan banyak orang, artinya untuk
proses perakitan masih membutuhkan tenaga manusia.
· Revolusi Industri 3.0
Revolusi Industri 2.0, manusia masih diberi peran yang sangat vital dalam proses produksi berbagai macam jenis barang. Tetapi, pada Revolusi Industri 3.0, manusia tidak lagi memegang peranan penting karena peran manusia sudah digantikan oleh mesin bergerak yang mampu berpikir secara otomatis, yaitu komputer dan robot. Salah satu komputer pertama digunakan perang dunia II yaitu mesin komputer Colossus yang mampu memecahkan kode buatan Nazi Jerman.
· Revolusi Industri 4.0
Revolusi yang sedang dihadapi
saat ini. Meski masih dalam tahap proses pembenahan, tetapi dampaknya sudah
dirasakan. Industri 4.0 adalah tren utama di dunia industri yang menggabungkan
teknologi otomatisasi dengan teknologi siber. Jerman merupakan negara pencetus
Industri 4.0 yang ditandai dengan strategi teknologi canggih pemerintah yang
mengutamakan komputerisasi pabrik. Pada revolusi industri ini, tenaga
manufaktur sudah menjadi tren otomasi dan pertukaran data meliputi sistem siber-fisik,
cognitive computing dan lain-lain.
Tren tersebut telah mengubah
pola pikir dan kehidupan manusia di berbagai bidang, termasuk dunia kerja,
pendidikan bahkan gaya hidup masyarakatnya. Singkatnya, revolusi industri 4.0
menjadikan teknologi cerdas atau robot sebagai pusat utama untuk menghubungkan
berbagai bidang kehidupan manusia.
Teknologi
Pendukung Revolusi Industri 4.0
Terdapat 10 (sepuluh) jenis teknologi pendukung Revolusi
Industri 4.0. Kesepuluh jenis teknologi tersebut adalah:
–
Internet of Things (IoT) / Internet
untuk Segala
–
Komputasi Awan (Cloud
Computing)
–
Kecerdasan Buatan (Artificial
Intelligence)
–
Big Data (Maha Data)
–
Augmented Reality (AR) / Realita
Tertambah
–
Integrasi Sistem (System
Integration)
–
Cyber Security (Keamanan Siber)
–
Simulasi (Simulation)
–
Robot Otonom (Autonomous
Robot)
–
3D Printing / Additive
Manufacturing
Dampak
Positif Revolusi Industri 4.0
–
Kemudahan dalam mengakses informasi dikarenakan dapat
menggunakan gadget maupun teknologi lainnya.
–
Efektivitas dalam bidang produksi dengan mengganti tenaga
manusia yang ada dan menggantinya dengan teknologi mesin. Selain mengurangi
biaya produksi karena mengurangi penggunaan tenaga kerja, dengan menggunakan
teknologi dapat meningkatkan hasil produksi.
–
Dapat meningkatkan pendapatan nasional karena dapat
memproduksi barang dalam waktu yang relatif singkat dengan kualitas yang baik.
–
Peningkatan peluang kerja bagi tenaga ahli, hal ini
dikarenakan walaupun menggunakan mesin tetap saja membutuhkan tenaga ahli
manusia untuk menggerakkannya.
Dampak
Negatif Revolusi Industri 4.0
–
Lebih rentan terhadap serangan siber, hal ini dikarenakan
proses produksinya menggunakan mesin teknologi, oleh sebab sangat penting untuk
memiliki sistem keamanan yang baik.
–
Butuh biaya besar dalam investasi alat serta pekerja, hal
ini dikarenakan harus mengeluarkan uang untuk membeli alat terlebih dahulu
serta pelatihan keterampilan pegawai agar dapat menjalankannya.
–
Adanya urbanisasi, dimana meningkatnya jumlah populasi
masyarakat yang ada di kota besar.
–
Berdampak untuk lingkungan, hal ini dikarenakan dengan
penggunaan mesin yang ada dapat menghasilkan polusi udara, limbah dalam jumlah
besar, serta hal negatif lainnya yang dapat merusak lingkungan.
Tantangan
dan Peluang Revolusi Industri 4.0
Saat ini berbagai macam
kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan internet dan dunia digital
sebagai wahana interaksi dan transaksi. Misalnya pada bidang sharing economy
terdapat Airbnb, Swap.com, Zopa, Bcycle, BookMooch, Zilok.com, Zipcar, atau
yang sedang banyak digandrungi para remaja adalah Netflix. Contoh di bidang
edukasi ada Coursera, Audacity, Canvas Network, Edx, NovoED, Iversity,
Open2Study dan Future Learn.
Di bidang e-goverment ada
e-Governance, KlikDokter.com dan HealthTap. Di bidang Cloud Collaboration juga
terdapat Google Drive, Dropbox dan Microsoft Office. Dan yang sedang tren saat
ini tentu saja e-commerce, seperti Bukalapak, Shopee, Tokopedia dan lain-lain.
Serta terakhir di bidang Smart Manufacturing terdapat Sculpteo dan 3D painting.
a.
Tantangan atau Ancaman
Secara global era digitalisasi
pada Revolusi Industri 4.0 akan menghilangkan sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan
sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin
otomatis (Gerd Leonhard, Futurist). Diestimasi bahwa di masa depan, 65% murid
sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di
saat ini (U.S. Department of Labor Report).
b.
Peluang
Era digitalisasi berpotensi
memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2,1 juta pekerjaan baru pada
tahun 2025. Terdapat potensi pengurangan emisi karbon kira-kira 26 miliar
metrik ton dari tiga industri: elektronika (15,8 miliar), logistik (9,9 miliar)
dan otomotif (540 miliar) dari tahun 2015-2025 (World Economic Forum). Oleh
karena itulah keunggulan iptek di bidang teknik elektro, teknik mesin, teknik
kimia, informatika dan bidang-bidang teknik lainnya menjadi penting untuk
dikuasai oleh SDM Indonesia.
Profesi
di Era Revolusi Industri 4.0
1.
Data Scientist
Bertugas menganalisis data-data
perusahaan, bertanggung jawab atas kualitas data perusahaan, melakukan
penelitian terkait data perusahaan yang sering kali berupa maha data (big
data).
2.
Koordinator robot
Bertugas mengawasi, melakukan
pemeliharaan dan perbaikan atas robot, baik robot semi otonom, robot otonom maupun
robot humanoid.
3.
Arsitek jasa IoT / IT
Bertugas membuat desain sistem
di perusahaan / manufaktur yang menghubungkan produk, mesin dan karyawan secara
online dan real time menggunakan berbagai teknologi atau platform tertentu.
4.
Programmer / insinyur komputer
Bertugas meciptakan atau
mengembangkan aplikasi yang menghidupkan sistem yang telah diddesain oleh
seorang arsitek IT/ IoT.
5.
UI/UX designer
Bertugas membuat tampilan atau
antarmuka (interface) untuk produk digital seperti website, aplikasi dan
lain-lain serta mencari cara bagaimana data-data di lapangan dapat
diimplementasikan ke dalam interface tersebut.
6.
Ahli keamanan siber (cyber security)
Jangkauan tugasnya sangat luas
sehingga bisa dipecah ke dalam banyak spesialis, misalkan menangani keamanan
sistem IT, membangun dan memelihara sistem IT, memberikan solusi masalah
keamanan sistem IT, berperan sebagai investigator digital, auditor digital dan
lain sebagainya.
7.
Ahli pemasaran digital (digital marketing)
Sesuai namanya, maka jangkauan
tugasnya juga sangat luas sehingga bisa diperinci ke dalam banyak spesialis,
seperti ahli stratgei pemasaran digital, ahli pemasaran melalui media sosial,
ahli SEO dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar